Kukus Adalah Hewan Ternak Pertama Dalam Sejarah Manusia

Jakarta - Sekilas nampak seperti monyet yang mampu memanjat dengan handal. Namun dilihat lebih dekat, kakinya yang pendek lebih merepresentasikan kucing.

Kuskus, merupakan hewan endemik Indonesia Timur. Jika berdasar garis Weber, persebarannya ada di Pulau Maluku dan Papua. Tak disangka hewan sebesar kucing ini punya sejarah membersamai manusia di masa lampau. Terlebih sebagai konsumsi sumber protein manusia.

Penelitian para arkeolog dan antropolog pada Atlas Obscura menyimpulkan, Kuskus dekat dengan manusia sejak ribuan tahun lalu. Khususnya sebelum sapi, babi, kambing, bahkan ayam menjadi ternak. Kuskus mewakili hewan ternak pertama dalam sejarah.

Terlepas dari domestikasi hewan dan pembatasan label hewan peliharaan. Kuskus bisa jadi contoh tertua dari pengelolaan hewan dalam sejarah.

Kuskus nampak menggemaskan, dan bukan pelari yang cepat. Kuskus mudah diburu sebagai sumber protein. Meskipun saat ini beberapa jenis Kuskus merupakan hewan yang dilindungi.

Sejarah perkembangan mencatatat sebelum Revolusi Pertanian, manusia hanya berburu dan mengumpulkan makanan.

Bagi Indonesia Timur dan Papua New Guinea, Kuskus mudah didapatkan ketimbang kadal dan tikus hutan. Manusia lebih suka berburu dan menyimpan makanan. Keberadaannya word play here juga tampak melimpah.

Penduduk Asia Pasifik biasanya menyimpan kuskus pada sangkar bambu. Memberi makan dengan buah dan sayuran. Bahkan membiarkannya lepas secara berkala mencari makan sendiri. Mirip hewan ternak modern-day saat ini.

Kebutuhan Kuskus lebih khusus untuk konsumsi. Kulit mereka bisa digunakan sebagai bahan pembuatan pakaian. Bahkan saat dipelihara, Kuskus bisa jadi teman yang menyenangkan.

Kuskus memiliki sejarah yang panjang. Persebarannya juga sempat punah kala gunung berapi meledak di Long Island Pasifik Selatan.

Menewaskan hampir semua yang ada didalamnya. Keberadaan Kuskus di Indonesia Timur bertepatan dengan kedatangan manusia di sana pada 3.000 tahun yang lalu. Menguatkan bahwa Kuskus dipelihara, dibawa dan diperlihatkan pada habitat baru.

Sebuah penelitian lain mengungkap, Kuskus telah ada selama 12.000 tahun yang lalu. Tepatnya di New Ireland yang berjarak 600 kilometer dari Papua. Arkeolog Australia menemukan tulang Kuskus dalam sedimen pada akhir 1980 an.

Kuskus merupakan mamalia berkantung. Layaknya Kanguru, Kuskus membesarkan anak mereka di kantung tubuhnya. Bayi yang baru lahir akan merangkak masuk ke dalam kantung hingga dapat makan sendiri. Kuskus mampu melahirkan 2 hingga 4 anak. Namun, biasanya hanya satu bayi Kuskus yang mampu keluar dari kantong setelah 6 bulan.

Kuskus suka menghabiskan waktunya di pepohonan. Di sana Kuskus bisa mendapatkan perlindungan dari pemangsa darat.

Bahkan Kuskus suka bersarang di atas kelopak Pohon Kelapa. Ekor dan cakarnya yang tajam mampu menopangnya hinggap di dahan dan ranting pepohonan. Kuskus mampu tumbuh hingga 60 cm, dan berat 1 kg. Hewan ini termasuk nokturnal dan pemakan segala atau omnivora.

Spesies Kuskus di Indonesia beragam, Kuskus Tutul, Kuskus Tanah, Kuskus Cokelat, Kuskus Kerdil, Kuskus Hitam, hingga Kuskus berdasarkan nama tempat persebarannya. Sulawesi juga punya Kuskus endemiknya bernama Kuskus Beruang. Kuskus langka yang hampir punah karena kerusakan environment aslinya.

Indonesia sendiri mengkategorikan Kuskus sebagai hewan langka. Dilarang mengambil untuk dijual apabila spesies langka di alamnya. Kategori Appendix 2 melindungi hewan di alamnya. Jika sudah ditangkarkan generasi ketiga yang boleh dimanfaatkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Bentrokan Antara 2 Kelompok Pemuda Terjadi di Kota Kendari

Polisi Tetapkan Sopir Taxi Online Sebagai Tersangka Penganiayaan di Tambora Terancam 2 Tahun Penjara

Sebanyak 20 Ekor Sapi Jawa Meriahkan Promosi Pariwisata di Kota Solo